top of page

menjadi;&gaun hitam&

  • Writer: kameraawa
    kameraawa
  • May 6, 2019
  • 2 min read

Sinar matahari menyusup di antara sela-sela jendela dan kusen, menodai kamar itu dengan cahaya keemasan. Di atas ranjang seorang perempuan terbaring sambil menatap langit-langit kamarnya yang ternodai gurat keemasan. Ponselnya di atas nakas sudah berdering berkali-kali. Sedari tadi ia hanya melirik benda itu lalu kembali menatap langit-langit kamarnya. Perempuan dengan mata sayu itu kemudian menenggelamkan dirinya dalam balut selimut gadingnya. Ia menghirup kuat-kuat aroma familiar itu.

Tanpa permisi seseorang menerobos masuk. Pintu berengsel tua itu menderit minta ampun. Derap langkah si pelaku mengisi kamar kecil itu. Sosok berbadan tinggi itu menyibakkan kerai jendela dan seketika kamar itu dibanjiri cahaya keemasan. Si perempuan menggeliat di ranjangnya.

Siluet pria berambut gondrong menyambutnya begitu ia menyingkap selimut dari wajahnya. Pria jangkung itu lalu duduk di sisi ranjang yang menghadap jendela.

"Nenek bilang kamu sudah pulang, saya kira dia bergurau." kekeh pria itu sambil membersihkan kacamatanya. Si perempuan tidak berkata-kata.

"Sekar, saya pikir saya tidak akan melihatmu lagi." senyum merekah di wajah pria itu.

"Ke mana saja kamu?" perempuan bernama Sekar itu akhirnya berbicara.

"Ada urusan." balas pria itu singkat.

"Tapi itu tidak penting. Saya senang melihatmu seperti ini." ia berkata lagi.

Sambil mengumpulkan kesadarannya Sekar mencoba bangun dan duduk bersila.

"Apa kabar?" perempuan itu bertanya lagi.

"Saya? Saya baik-baik saja, kurang lebih. Semenjak kamu pindah rumah ini kosong, saya agak sepi."

"Rakha." ucap sekar, pria di hadapannya menyahut.

"Ya, Sekar?"

"Maaf."

"Untuk apa?" Rakha mendekat, ia menyelipkan anak rambut yang berkeliaran di wajah perempuan itu.

"Maaf aku jarang punya waktu untuk kamu. Semakin beranjak dewasa aku malah menyibukkan diri dengan urusan-urusanku sendiri. Aku rindu kita yang dulu." jemari perempuan itu sibuk meremas selimutnya. Rakha hanya diam dan menatap lekat-lekat mata perempuan itu.

"Aku senang kamu pindah kemari, terlepas apa yang terjadi sebelum itu. Waktu itu aku kesepian, tidak punya teman kalau pulang ke rumah." Sekar menatap jendela kamarnya, mengenang sedikit masa kecilnya kala masih bertetangga dengan Rakha.

Untuk beberapa saat keduanya hanya diam. Senyap menyelimuti bagai kelambu. Dalam hatinya mereka gelisah. Rakha memajukan wajahnya, menatap perempuan yang wajahnya tinggal sejengkal lagi itu dengan tatapan yang tidak bisa Sekar artikan maksudnya.

"Saya juga rindu masa-masa itu." pria itu berbicara sebelum memejamkan matanya dan mengecup bibir perempuan berambut ikal itu. Sekar tidak menolak perbuatan sepihak Rakha, alih-alih ia justru ikut memejamkan matanya.

Sinar matahari masih membanjiri kamar kecil itu. Sekar pun masih memejamkan matanya. Perempuan itu tampak menikmati upayanya menghentikan waktu. Tanpa sadar air matanya sudah jauh jatuh dan membasahi sebagian wajahnya. Ia tidak berani membuka matanya.

"Sampai jumpa, Sekar." bisik suara Rakha membuat perempuan itu berdesir.

Tak berapa lama tangisnya pecah. Perempuan itu menangis sejadi-jadinya begitu ia membuka mata. Pagi itu tidak lagi terasa hangat. Sekar memeluk dirinya erat-erat. Ia hanya sanggup meringkuk di atas ranjang.

"Hati-hati di jalan, Rakha." lirih perempuan itu. Gaun hitam yang menggantung di pintu kamarnya tidak bergeming.


 
 
 

Comments


Join our mailing list

Never miss an update

  • White Blogger Icon
  • White Instagram Icon
  • White Pinterest Icon
  • White Tumblr Icon
  • White YouTube Icon

© 2017 by Kamera Awa. Created with Wix.com

bottom of page